Wednesday, August 21, 2013

Bab 27 halaman 137

Kitab epos mahabarata, buku yang kudapatkan di gramedia beberapa hari yang lalu. Buku ini cukup membangkitkan rasa ingin tahuku tentang seperti apa kronologi perang paling dahsyat yang diceritakan pernah terjadi di muka bumi, yang sampai saat ini kebenarannya masih menjadi sebuah tanda tanya besar. Apakah pernah terjadi atau hanya sebuah cerita saja? Apakah cerita ini menggambarkan kejadian yang akan datang? Karena pernah juga mendapat bacaan yang mengarah ke sana, digambarkan perang antara kaum yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan dan kaum yang gemar dengan teknologi maju yang menuhankan logika. Biarlah para ahli yang mencari tahu, dan pernah dapat info dengan mencari tahu sana sini terdapat beberapa bukti pecahan batu yang berumur ribuan tahun dan secara ilmu masa kini titik didih batu itu hanya terpenuhi oleh panas yang dihasilkan oleh nuklir. Lalu apakah jaman dahulu sudah ada nuklir? Entahlah...
 
Back to the book, 
Buku ini harganya 100 ribu rupiah, lumayan tebel dan sedikit berkesan tua dengan lembaran kertas buram pada setiap halamannya. Buku ini selalu menemani kesendirianku beberapa hari terakhir (curhat). Buku yang menceritakan budi pekerti manusia jaman dahulu melalui beberapa cerita. Cukup kaget dengan beberapa kemampuan tokoh yang digambarkan pada buku ini, tetapi sifat-sifat tokoh yang dimilikinya tetap sama seperti manusia biasa. Sifat bawaan menjadi karakter tersendiri setiap tokoh yang diceritakan di buku ini. Baru 136 halaman terbaca dan dapat sedikit gambaran tentang isi buku. Baru saja mengetahui bagaimana sengkuni mempermainkan yudhistira melaui sebuah permainan dadu. Dan dari sinilah kebencian bermula dan berakibat pada 14 tahun kemudian menurut ramalan.

Digambarkan banyak sekali orang sakti pada masa itu, mereka bisa saling kutuk dan meramalkan apa yang akan terjadi. Alangkah berbahayanya jika masa kini semua orang bisa melakukannya, mungkin saya lebih memilih dikutuk jadi kodok dan menunggu seorang putri yang bersedia mencium kemudian menjadi istriku saja. Tapi itu sulit sepertinya, karena jarang sekali orang di jaman maju ini melatih kemampuan seperti itu, yang menurut ilmu tao cakra lidahnya sudah terbuka (menjurus ke naruto dikit). Apa yang diucapkan dengan syarat tertentu akan benar-benar terjadi, tidak heran jika simbah-simbah jaman dulu bisa melakukannya, dan memang ada bukti nyatanya.

Oke, ke mana arah tulisan selanjutnya?
Arahnya adalah ada kalimat yang menarik di dalam buku ini :

"Tidak ada orang bijak yang bisa terus-menerus melakukan kebajikan seumur hidupnya. Demikian pula, tidak ada orang jahat yang selamanya berkubang dalam dosa. Hidup ini ibarat jaring laba-laba. Tidak ada orang yang sama sekali belum pernah berbuat kebajikan dan tidak ada orang yang belum pernah berbuat jahat. Setiap orang harus memikul akibat dari perbuatannya sendiri. Jangan menyerah pada kedukaan." -- Wiyasa



Yah, ... don't look back in anger :)